Senin, 18 Juli 2011

Kuncinya Pengembangan Sepak Bola Nasional : Pendidikan Sejak Dini

keanu



Sejak pengurus PSSI terbentuk tahun 2011 - 2015, harapan semua rakyat Indonesia begitu melambung. Hal-hal positif termasuk prestasi sangat digadang-gadang akan bisa memuaskan impian secara cepat dan instan. Untuk tingkat Asia Tenggara hampir terbukti sayangnya di akhir 2010 dalam piala AFF hanya mencapai runner up dikalahkan Malaysia. Namun prestasi ini sudah cukup menjadi oase kekeringan prestasi dalam waktu yg lama.

Ada harapan PSSI akan memberikan perubahan di Indonesia paling tidak dalam tingkatan Asia Tenggara seperti Sea Games, namun untuk lolos putaran final Piala Dunia 2014 di Brasil butuh perjuangan yang sangat besar. Harapan realistis adalah perkembangan sepak bola dalam jangka panjang dimulai dari bibit-bibit muda.


Berikut catatan kecil dari penulis yang bisa jadi masukan untuk pembinaan muda calon pesepak bola nasional sehingga Indonesia bisa kembali masuk putaran final Piala Dunia. Indonesia (diwakili Hindia Belanda) adalah negara Asia pertama yang mewakili Asia pada Piala Dunia tahun 1938. Jadi secara sejarah dimungkinkan Indonesia kembali berkiprah di putaran final Piala Dunia, jika tidak 2014, 2018, atau 2022.


Untuk Piala Dunia 2022, paling tidak bibit muda umur 10 sampai 14 tahun adalah pembinaan pemain yang paling ideal. Sedangkan untuk Piala Dunia 2018, umur 14 sampai 18 adalah pembinaan yang ideal. Sedangkan untuk 2014 diperkirakan umur 18 sampai 23 adalah masa pemain akan mencapai keemasannya pada saat bermain di putaran final.


Mengapa demikian ?


Kita dapat berkaca pada team Jerman yang cukup disegani pada Piala Dunia 2010 dan kompetisi berikutnya meski dalam PD 2010 hanya sebagai semi finalis.


Berikut butir-butir yang bisa jadi bahan pertimbangan.


Belajar dari negara Juara Piala Dunia


Ada 8 negara yang pernah Juara Piala Dunia yaitu Uruguay, Italia, Argentina, Inggris, Brasil, Perancis, Jerman, dan Spanyol. Jika berdasarkan perkembangan aliran bola dikaitkan prestasi terkini memang tepat untuk belajar pada Uruguay, Jerman atau Spanyol.


Mengapa demikian ?


Ketiganya secara terbukti menjadi semifinalis dan negara yang pernah menjadi Juara Piala Dunia. Uruguay terkenal dengan semangat Barra (berjuang sejak awal sampai detik terakhir meskipun dalam tekanan). Uruguay, meski penduduknya hanya 3,5 juta jiwa tetapi mempunyai kesebelasan yang sangat disegani. Jerman pada PD 2010 berani menurunkan pemain muda namun tetap konsisten dengan prestasi yaitu menjadi Juara III. Spanyol yang bertahun-tahun berguru Total Football dari Belanda yang diperbaharui dengan cara pencentus dan pemain berbakat melatih di Barcelona seperti Rinus Mitchell dan Johan Cyruff . Spanyol terkenal juga dengan pemusatan pendidikan La Masia bentukan klub Barcelonanya dan duet musuh bebuyutan Real Madrid dan Barcelona sebagai 5 besar dunia klub bola impian pemain berbakat seantero jagat.


Harapnnya dengan berguru sejak dini pada salah satu atau ketiga negara yang bermental juara tersebut tentu dalam jangka panjang akan mulai terlihat hasilnya buat Tinas.


Pembinaan dan Pendidikan Sejak Dini


Seperti disampaikan di atas, untuk kemungkinan bisa berkancah di Piala Dunia 2014, 2018 atau 2022, pembinaan dimulai umur 10 tahun sampai 23 tahun. Kemampuan dasar sepak bola, kemampuan kerja sama team, kemampuan berbagai macam strategi, peningkatan skill individu, pengetahuan umum sepak bola, peningkatan kemampuan fisik dan latihan reguler harian/mingguan secara kesinambungan serta keikut sertaan dalam kompetisi yang bersesuain, tentu harapan di atas untuk paling tidak masuk putaran final Piala Dunia bukanlah sesuatu yang mustahil.


Paling gampang belajar dari pola pembinaan di bulu tangkis. Pada saat bulu tangkis Indonesia menguasai dunia, pola pembinaan sejak dini tersebut telah dilakukan di berbagai macam daerah unggulan. Bahkan saat ini negara dengan bulu tangkis yang mumpuni pelatihnya ada dari Indonesia.


Berani Menurunkan Punggawa Muda


Berani menurunkan punggawa atau pemain muda dalam sepak bola dapat mencontoh pada team Jerman. Meski hanya meraih Juara III dalam Piala Dunia 2010, namun demikian dalam waktu dekat bukan tidak mungkin prestasi puncak akan diperoleh. Semakin cepat pemain berkancah dalam tingkat yang lebih tinggi dan lebih kompetitif, pemain makin terbiasa untuk menunjukkan kemampuannya. berguru pada cara Jerman ini, dalam piala Copa Amerika 2011 negara seperti Brasil coba memasukkan pemain mudanya seperti Neymar.


Keberanian ini tentunya harus didukung oleh Pelatih dan para stakeholder keputusan di PSSI.


Kompetisi Sepak Bola Muda secara Sistematis dan berjenjang


Sudah menjadi rahasia umum, makin ketat dan berjenjang kompetisi olah raga di suatu negara, maka prestasi sepak bola di negara tersebut lambat laun akan terlihat. Kompetisi antar daerah/provinsi setelah antar kabupaten/kotamadya setelah antar kecamatan dan desa tentu akan melahirkan bibit-bibit yang terasah dan terbukti dengan sendirinya. Selain menggerakkan perputaran finansial di semua lini dan daerah , juga pemain secara berjenjang dilatih untuk selalu meningkatkan kemampuannya.


Secara berjenjang tentu bisa diadakan mulai umur 8 tahun, 10 tahun, 13 tahun, 17 tahun, 20 tahun dan 23 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat mengikuti acuan kompetisi tingkat dunia. Jenjang dimaksudkan secara berkesinambungan calon bibit pemain selalu mengasah secara regular atas kemampuannya.


Pendirian Pusat Pendidikan Bola Berasrama seperti La Masia


Sudah banyak orang tahu dalam hal bulu tangkis, Indonesia mempunyai klub antar daerah. Dan dalam waktu tertentu secara regular diadakan kompetisi antar klub.


Jika kompetisi ini menyangkut umur maka perlu dibentuk pusat pendidikan bola baik berdasarkan daerah atau klub. Sehubungan klub adalah berasal dari berbagai macam daerah, dengan demikian secara otomatis pusat pendidikan dalam klub dapat dilakukan di berbagai macam daerah tergantung asal daerah dimaksud. Misalnya di Jayapura didirikan pusat pendidikan berasrama termasuk di dalamnya pendidikan SD, SMP, SMA dan Kuliah yang termasuk juga ditempa dengan pendidikan bola secara regular dan intensif.


Contoh yang bisa ditiru adalah La Masia merupakan pusat pendidikan bola berasrama sejak dini untuk Klub Barcelona. Sebanyak lebih dari 5 orang pilar Barcelona dan lebih dari 8 pilar pemain Spanyol adalah lulusan La Masia, bahkan termasuk Messi adalah lulusannya. Beberapa pemain lulusan La Masia diantaranya Cesc Fabregas, Carles Puyol, Victor Valdes, Pedro Rodriguez, Pepe Reina, Fernando Navarro, Thiago Motta, Lionel Messi, Bojan Krkic, andres Iniesta, Xavi Hernandez, Josep Guardiola, Luis Garcia, Giovanni Dos Santos, Sergio Busquets, Marc Crosac, dan masih banyak lainnya.


Spanyol merupakan negara ke-8 yang berhasil menjuarai Piala Dunia karena terdapat pusat pendidikan bola berasrama sejak dini dan pendidikan berjenjang.


Jika tidak bisa didirikan di semua provinsi paling tidak untuk tahap awal dibentuk di 7 daerah utama sepak bola yang pernah menjuara Liga yaitu Medan, Makassar, Jayapura, Bandung, Semarang, Jakarta dan Palembang.


Pertanyaannya PSSI, Klub atau daerah berani mengambil tantangan ini ?


Dukungan Finansial utk Pendidikan Bola Sejak Dini


Sisi finansial di Indonesia sering ditakuti, namun dengan perkembangan modern biaya semua kegiatan ini dapat diperoleh dari pemasukan tiket, hak penyiaran radio/televisi/internet, periklanan, kerjasama dengan swasta/BUMN dan bentuk pemasukan lainnya termasuk dengan investasi asing. Bahkan di luar negeri jual beli pemain merupakan pos pemasukan dan pengeluaran yang penting.


Jika perputaran kompetisi di Indonesia cukup ketat dan reguler bukan hal yang mustahil pihak asing menyiarkan dan memberitakan kompetisi yang berputar di Indonesia. Apalagi jika banyak pemain muda Indonesia bermain di liga internasional yang bergengsi. Bambang Pamungkas dan pemain lainnya sudah memulainya tentunya di masa yang akan datang akan ada regenerasi pemain yang lebih banyak dan lebih berkualitas yang bermain di liga internasional.


Menumbuhkan Kembali rasa Kebangsaan melalui Bola, Event Hiburan Bola dan Jejaring Sosial


Kebangsaan yang tumbuh membuncah dapat dilihat pada waktu final AFF 2010. Sayas endiri sampai sulit mendapatkan tiket dan masuk ke area GBK tempat pertandingan bola Indonesia dan Malaysia berlangsung. Meski ada di sekitar GBK namun lebih dari 8 layar lebar tidak bisa menampung jumlah penonton yang hadir. Bahkan ada nobar (nonton bareng) di segala penjuru Indonesia.


Pemandangan yang biasa, baju kesebelasan nasional, ikat kepala, topi dan berbagai macam asesoris berwarna merah dan putih dibawa di mana-mana. Meski hanya sebagai runner up, rasa kebangsaan dan kebanggan atas Tim Nas membuncah dan ini menjadi pertanda sepak bola bisa menjadi salah satu tali untuk meningkatkan dan menumbuhkan kembali rasa kebangsaaan.



Rasa yang pernah ada itu bisa dikembalikan lagi dan ditumbuhkan lebih tinggi lagi dengan membangkitakan dan mengadakan event yang menghibur berkaita dengan bola, seperti kompetisi tingkat muda, mendatangkan pemain terrkenal dan lain sebagainya. Kecintaan akan bola akan makin besar, bahkan salah satu tulisan mengakui penonton Indonesia nomor 3 paling fanatik di dunia.

Makin besarnya dukungan masyarakat pada bola saat ini termasuk dari peran jejaring sosial baik melalui facebook, twitter, blogdan media lain sehingga berita secara instan dan mengkristal dapat diterima semua masyarakat .



Demikian harapan kecil dari penulis dan mungkin dari masyarakat bahwa prestasi sepak bola dimulai dari pendidikan sepak bola isejak dini secara berkesinambungan, bahu membahu, sistematis, berjenjang dan mendapatkan dukungan semua pihak.



Semoga hal ini menjadi perhatian pihak-pihak yang berkepentingan.



http://ibprabowo.blogdetik.com/2011/07/09/harapan-pssi-2011-2015-dimotori-djohar-arifin-farid-rahman/

http://ibprabowo.blogdetik.com/2011/02/22/ada-apa-dengan-pssi/

http://ibprabowo.blogdetik.com/2010/12/23/saat-iniBbola-jadi-pemersatu-bangsa/

http://ibprabowo.blogdetik.com/2010/09/18/targetkan-indonesia-juara-di-aff-2010/

http://ibprabowo.blogdetik.com/2010/07/17/statistik-dan-data-penting-piala-dunia-2010/

http://ibprabowo.blogdetik.com/2010/06/30/apa-bisa-indonesia-jadi-juara-piala-dunia/

http://ibprabowo.blogdetik.com/2010/06/18/piala-dunia-jerman-regenerasi-tim-panser/

8 komentar:

  1. Berantas korupsi, kemiskinan dan kebodohan bangsa ini dengan semangatnya anak - anak muda Indonesia.

    BalasHapus
  2. [...] IB Prabowo sebagai pemuda Indonesia berjanji dan tetap akan memegang teguh Sumpah Pemuda itu dan tetap akan diteruskan apda generasi berikutnya supaya tetap selalu Reborn bahwa Sumpah Pemdua itu merupakan tonggak penting saat ini dan nanti terutama dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan pendahulu dengan segala tenaga, harta bahkan nyawa tanpa pamrih, dengan tulus dan keihklasan demi untuk generasi bangsa Indonesia kini dan nanti. [...]

    BalasHapus
  3. Minta ijin mengumpulkan sumpah pemuda 2009 dblogger :)

    BalasHapus
  4. Silahkan saja kalau Anda mau mengumpulkan tulisan ini ataupun semua tulisan saya via blog, titip link saya disertakan saja, terima kasih atas semua komen teman2 blogger

    BalasHapus
  5. Saya ucapkan selamat karena tulisan ini telah terpilih dalam Seratus Postingan Terpilih Indonesia Satoe Blogdetik! :)

    BalasHapus
  6. vanypoenya dan hlasmana (thx) selamat juga ya psotingan Anda terpilih juga

    BalasHapus